Dagang Sayur Keliling Pilihan Bu Siti

  • By locus
  • September 24, 2020
  • 0
  • 259 Views

Banyak petani yang mengalami kerugian, mulai dari naik turunnya harga pasar, naiknya harga pupuk, dan harga sistem pengelolaan pertanian. Siti mengaku, bahwa dia sangat merugi ketika dia menjadi petani saat itu. Dia harus membeli bibit, pupuk, anti hama dan lainnya terlebih dahulu, kemudian harus mengelolah tanah persawahan.

Untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas, para petani sudah berusaha untuk menjaga dan mengelolanya dengan bahan-bahan yang standar di pasaran. Tetapi terkadang juga petani menunggu subsidi pupuk dadi pemerintahan.

Siti Sa’diyah (48), ibu 3 anak ini lebih memilih bekerja sebagai penjual sayur keliling. “Awalnya saya petani, tapi dulu saya kena kerugian sangat jauh sekali dari modal saya.” Ungkap Siti ketika diwawancarai (24/09/2020).

Warga desa Wironanggan kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo ini beralih menjadi pedagang sayur keliling, setelah lima tahun yang lalu menjadi petani padi. Menurutnya, dengan membeli sayur di pasar secara berkala dan jumlah yang banyak, ia akan sering mendapatkan potongan harga. Sehingga dengan cara itu, Siti membeli di pasar kemudian dijual kembali disekitar daerah Gatak.

Siti memulai usahanya sudah sekitar 5 tahun ini. Dari jam 5 ia mempersiapkan diri untuk membeli segala jenis item sayur mayur, buah-buahan, lauk pauk dan jajanan pasar dengan jumlah yang banyak. Kemudian, ia membagi per item itu dengan kiloan. Misalnya sayur terong dibungkus per setengah kilo, tauge dibungkus per lima ons dan lain sebagainya. Untuk lauk pauknya Siti hanya menyediakan ayam, tempe, dan tahu saja. Sedangkan buah-buahan dan sayur mayur tergantung apa yang tersedia di pasar.

Bekerja setiap hari merupakan pilihan Siti. Tanpa adanya libur, sesekali ia meliburkan diri ketika ia capek atau ingin sekedar beristirahat. Siti berkeliling dengan dagangannya maksimal jam 11 sudah harus pulang, karena selain ia mencari nafkah untuk anak kecilnya, ia tak lupa tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

“Misalnya jika dari gang Ngemplak sudah agak sepi gitu saya keliling lagi. Nggk mesti, liat ramenya orang apa tidak. Kalau sudah sepi semua ya, pulang.” Tutur Siti.

Keuntungan yang diperoleh Siti per hari kurang lebih Rp 50.000. Awal modal yang dibutuhkan sekitar Rp. 600.000. “ya setidaknya bisa untuk makan hari inilah mbak.” Jawab Siti. Per bungkus yang dijualnya pun kurang lebih keuntungannya 250-500 rupiah saja. Sehingga Siti berusaha agar dagangannya terjual pada hari itu juga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.