Mahasiswa Zaman Now

  • By locus
  • Maret 4, 2018
  • 0
  • 223 Views

Mahasiswa adalah sosok agent of change yang dituntut sebagai agen perubahan yang bersifat positif dalam masyarakat. Bahkan mahasiswa juga seorang yang selalu ditakuti karena mereka memiliki peran yang sangat penting untuk membuat perubahan sangat besar. Hal tersebut terbukti dalam catatan sejarah Indonesia pada masa reformasi tahun 1998, dimana seluruh mahasiswa  Indonesia bersatu untuk menurunan presiden Soeharto yang menjabat sebagai Presiden kala itu selama 32 tahun.

 

Namun mahasiswa zaman sekarang memiliki berbagai kriteria yang berbeda-beda. Ada mahasiswa yang sangat nasionalis dengan permikiran yang kritis dimana mahasiswa ini justru sering ditakuti oleh sebagian dosen. Ada juga mahasiswa yang aktif di kelas, atau di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ada di kampus. Tidak sedikit mahasiswa yang bersifat apatis serta tak acuh, tidak peduli dengan keadaan sekitar, atau bisa disebut mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) .Bahkan dari informasi yang didapatkan minat mahasiswa untuk menyalurkan minat dan bakat mereka juga menurun.

 

Tidak sedikit mahasiswa hanya dapat menuntut dan selalu protes dengan apa yang dia dapat di kampus. Mengkritik fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh kampus salah satunya, seperti hasil pengamatan yang saya lakukan, tidak sedikit mahasiswa yang selalu mengeluh dengan fasilitas yang disedikan oleh kampus. Minimnya AC, kurang tertatanya lahan parkir, akses jalan kamus penuh dengan lubang, Siakad tidak pernah lancar saat pengisian KRS (Kartu Rancangan Studi), dan sebagainya. Bahkan ada mahasiswa yang akan protes dan menuntut kampus untuk memenuhi fasilitas seperti yang mereka harapkan. Memang tidak dapat dipungkiri dengan fasilitas yang baik mempengaruhi proses belajar mengajar agar terasa lebih nyaman dan menyenangkan.

 

Selain semua tuntutan yang ada, kenapa tidak diputar kembali pikiran-pikiran su’udzon tersebut, pikiran-pikiran yang selalu menuntut hal-hal yang di inginkan. Dimulai dengan melihat kembali UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang diberikan kampus kepada mahasiswa. Menurut saya nilai tersebut tergolong cukup rendah. Berbeda dengan kampus-kapus lain yang ada di Surakarta khususnya. UKT sebesar  Rp 1.500.000,00  sudah termasuk dalam golongan tertinggi. Bagaimana sebuah kampus dapat mewujudkan tuntutan-tuntutan mahasiswa dengan UKT tertinggi saja hanya sebesar itu.

 

Banyak mahasiswa  mengeluh akses jalan kampus banyak yang berlobang dan sangat menggangu. Bahkan dari informasi yang saya dapat akan ada aksi dari satu fakultas melakukan kegiatan demo dengan menanam pohon pisang di lubang tersebut karena parahnya lubang, serta  jika dibiarkan saja akan lebih membahayakan. Dari kasus tersebut jika di ingat kembali mahsiswa merupakan agen of change memberikan perubahan, bagaimana hal tersebut dapat terealisasikan saat melihat lobang besar yang mengganggu hanya bisa diam tanpa melakukan perubahan.

 

Namun ada juga beberapa mahasiswa yang sadar akan hal tersebut dengan pemikiran yang lebih terbuka. Mahasiswanya kan banyak ya kalo iuran 2.000 satu orang kan udah ke kumpul banyak itu uangnya, bisa tu uangnya buat nutup lubang di jalan kampus,” ujar salah satu mahasiswa. Mahasiswa seperti inilah, dengan pemikiran yang kritis serta dapat menempatkan posisinya dengan  pola pikir yang dewasa. Ia sadar akan keadaan kampus yang ada, serta menemukan solusi untuk melakukan gerakan perubahan,

 

Maka dari itu, sebagai mahasiswa harus bisa menempatkan diri, serta mengetahui keadaan yang ada, bukan hanya menuntut seperti apa yang diinginkan. Bukan hanya diam saja atau bahkan menuntut ini itu, namun sebagai mahasiswa juga haruslah memberikan kontribusi yang positif terhadap kampus sehingga dapat mengharumkan nama baik kampus terlebih dalam masyarakat. Seorang Bupati atau Walikota takut terhadap Gubernur, Gubernur takut terhadap Presiden dan Presiden takut terhadap Mahasiswa. (Linda Rahmawati)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.