Gambar by Khansa N. Rofida
Judul : Namaku Alam 1
Penulis : Leila S. Chudori
Cetakan Pertama : September 2023
ISBN : 9786231340825
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Kota Terbit : Jakarta
Harga buku : Rp.120.000
Genre : Fiksi sejarah, teenlit, dan romansa.
Setelah memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang dirayakan dengan gegap gempita, tibalah bulan September yang kerap disebut sebagai “bulan hitam” disebabkan oleh berbagai pelanggaran HAM yang terjadi pada bulan tersebut.
Penulis, Leila Salikha Chudori, yang memiliki latar belakang sebagai jurnalis dan biasa menulis novel bergenre fiksi sejarah, kali ini berhasil menelurkan karyanya Namaku Alam. Seri kedua dari “Pulang” yang mengisahkan 4 orang jurnalis mencari suaka karena surat kabar mereka berkaitan dengan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat).Namun, Namaku Alam bukan sekuel lanjutan dari novel Pulang melainkan spinoff yang mengisahkan seorang tokoh dari novel sebelumnya.
Namaku Alam bercerita tentang Segara Alam, anak dari dari tahanan politik. Sagara Alam merupakan bungsu dari 3 bersaudara yang hanya diasuh oleh ibunya, Ratna Surti Anandari. Saat Alam lahir hingga balita bapaknya merunduk bersembunyi entah kemana, mereka tidak tahu. Karena bapaknya, Hananto Prawiro, adalah pimred (pemimpin redaksi) dari koran yang bersangkutan dengan Lekra yang seringkali mengkritik pemerintah.
Ingatan tentang wajah ayahnya hanya samar-samar belaka. Hingga seringkali Alam bermimpi samar-samar tentang sesosok pria dewasa tanpa wajah. Sesekali pria tersebut mendekatinya, tetapi saat dia Alam balik mendekat pria itu seakan-akan menjauh dan menghilang.
Rentetan Ketidakadilan
Alam tidak mengerti apa asal muasal hal-hal yang terjadi pada keluarganya. Beberapa pria dewasa menyatroni rumahnya berulang kali, bahkan pernah menodongkan pistol. Ibu terlihat murung saat mendengarkan lagu tertentu, trauma yang dialami ibu, serta kabar tentang kejelasan sang bapak. Yang Alam tahu hanya bapaknya wafat akibat sakit dan ingatan tentang pistol yang ditodong padanya sewaktu usia 3 tahun saat ia asyik bermain kelereng di ruang tengah. Kejadian tersebut masih terekam detail di dalam benak Alam. Salah satu kelebihan Alam ialah mengingat sesuatu secara akurat dalam sekali waktu, disebut photographicmemory.
Pada saat sekolah dasar, Alam seringkali dirundung oleh sepupunya sendiri, Irwan, dengan sebutan “anak pengkhianat negara”. Walaupun Alam anak yang berprestasi dan kerap kali memenangkan lomba, tapi tetap saja hari-harinya suram akibat dari perundungan sepupu dan teman-temannya. Hingga kemudian ia berkenalan dengan Bimo, anak tapol (tahanan politik) yang menjadi teman akrabnya karena kesamaan hobi, yakni membaca buku dan bermain layangan.
Alam dan Bimo menjadi semakin akrab dan lengket bagaikan perangko. Saat SMP tetap saja ada perundungan dari Boris yang sekaligus memalak. Namun pemalakan hanya terjadi pada Bimo yang tampak pemalu, bertubuh kurus, dan tidak begitu tinggi. Berbeda dengan Alam yang bertubuh tinggi,besar, dan bersikap garang.
Puncaknya saat SMA, seperti biasa Alam melakukan pembelaan terhadap teman-temannya yang lemah. Alam melihat Trimulya yang dibully oleh salah satu geng dengan brutal di kamar mandi. Setelah itu, Alam dan Bimo menjenguknya dan mengetahui bahwa Trimulya hanyalah memegang prinsip yang menurutnya benar. Sayangnya, ia justru dipindahkan dari sekolah, bukan Denny si pelaku sekaligus geng-nya yang sialan itu. Kemudian tibalah Bimo dirundung oleh Denny, Alam seperti biasa membela diri namun pembelaannya menjadikan masalah yang pelik bagi dirinya dan keluarganya.
Kekerasan itu bukan solusi
“Di keluarga ini tidak ada toleransi terhadap kekerasan!”
Alam tidak begitu paham tentang kalimat ibunya. Namun Yu Bulan, kakak kedua Alam, menyederhanakan menjadi, “Alam tidak boleh memukul, tidak boleh menonjok, tidak boleh menggigit ….”
“Apa kamu mau berkelahi seumur hidupmu dengan tinjumu?” tambah Yu Kenanga, kakak pertama Alam.
Sebagai keluarga tapol yang mendapat stigma pengkhianat negara, melakukan hal itu akan benar-benar diungkit kesalahannya dan sering kali mendapatkan hinaan. Mengingat hukum Indonesia memang sejak dulu tidak begitu objektif.
Sayangnya, dalam novel ini ada satu adegan yang tidak dijelaskan kelanjutannya. Adegan saat Yu Bulan memergoki Rena, temannya, memadu kasih dengan Alam. Lalu memarahinya selain karena tidak etis juga menyakiti perasaan Bimo yang diam-diam menyukai Rena. Tidak ada lanjutan setelah adegan ini di bab selanjutnya, Alam dan Bimo hanya digambarkan berteman seperti biasanya.
Daya tarik lain pada novel ini adalah sampulnya yang diberi “efek blur” sehingga sangat menarik.Covernya sungguh sangat sesuai antara penggambaran dari isinya, dan blurb yang tidak melenceng sedikit pun. Hampir semua bab terdapat ilustrasi cantik dan lagu-lagu yang menggambarkan perasaan tokohnya.
Tidak masalah jika langsung membaca Namaku Alam 1 sebelum membaca Pulang. Karena berisi perjalanan Segara Alam saat masih berumur 3 tahun hingga kelas 2 SMA. Namaku Alam jilid kedua sedang digarap karena memang atmosfer Pulang adalah trilogi.
Penulis: Khansa N. Rofida
Editor: Abril N. T.