Penemuan Makna Hidup, Di Balik Seporsi Mie Ayam

  • By locus
  • Juni 2, 2025
  • 0
  • 240 Views

Foto: Ibrahim Abdurrahman

 

 

Judul : Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Penulis : Brian Khrisna

Penerbit : PT Gramedia Widiasarana

Isi : 210 hlm; 13.5 x 20 cm

Cetakan : ketiga, Februari 2025

ISBN : 978-602-05-3132-8

 

“Penemuan Makna Hidup, Di Balik Seporsi Mie Ayam” 

Pernah kepikiran apa yang ingin kamu lakukan sebelum mati?

Pertanyaan itu terdengar berat, ya. Tapi Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati justru mengajak kita menjawabnya dengan cara yang sangat sederhana: duduk di bangku plastik, mengaduk mie ayam hangat, lalu membiarkan pikiran melayang ke hal-hal yang selama ini tak pernah kita beri waktu.

Buku ini tidak besar dari segi ukuran. Judulnya pun terdengar ringan, mungkin seperti lelucon atau celetukan iseng. Tapi isinya dapat merubah pola pikir. Tidak dengan cara yang menggelegar, melainkan pelan-pelan. Seperti kuah panas yang meresap ke dalam mie dan membuatmu terdiam sebelum suapan berikutnya.

Kita akan diajak mengenal Ale. Tokoh utama yang bisa saja adalah teman kita, tetangga kita, atau bahkan diri kita sendiri. Ale tidak sedang menjadi pahlawan, bukan juga tokoh dengan masa lalu kelam yang jadi kunci cerita. Ia hanya seseorang yang duduk menghadapi nasibnya yang kelam dan ingin mengakhiri hidupnya. Namun, keinginan terakhirnya yaitu menyantap seporsi mie ayam sebelum mati, malah membawanya menyelami banyak hal yang tak disangka-sangka.

Hal yang paling menarik dari buku ini adalah caranya mengolah hal biasa menjadi sesuatu yang penuh rasa. Tidak ada adegan yang sulit dicerna, tidak ada ledakan, tidak ada konflik besar. Tapi justru dari kesunyian itulah pembaca diajak menoleh ke dalam diri sendiri. Menoleh ke hidup yang kadang terasa datar, tapi diam-diam menyimpan banyak luka, tanya, dan harapan kecil.

Ale bukan orang yang cerewet. Ia lebih banyak berpikir dalam diam. Tapi setiap keputusannya, setiap tatapannya, terasa dalam. Kita bisa merasakan lelahnya, bingungnya, kadang juga tawa kecil yang muncul tiba-tiba seperti kejutan dalam kuah gurih mie ayam yang tak disangka-sangka.

Penulis buku ini punya cara yang lembut dalam bercerita. Gaya bahasanya ringan, seolah kita sedang ngobrol santai di warung. Tapi sesekali, ada kalimat yang menusuk. Bukan karena kasar atau menyakitkan, tapi karena jujur. Sejujur-jujurnya.

Membaca Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati bukan tentang mencari jawaban. Buku ini tidak berusaha memberi solusi, tidak mencoba jadi buku motivasi terselubung. Tapi ia hadir seperti teman lama yang tahu cara menemani di waktu yang paling sepi. Ia membuat kita sadar bahwa di balik satu mangkuk mie ayam, bisa tersimpan begitu banyak kenangan, penyesalan, dan mungkin juga keinginan terakhir.

Buku ini cocok untuk kamu yang sedang mencari sesuatu. Meskipun kamu sendiri belum tahu apa yang kamu cari. Ia tidak menawarkan hiburan yang gegap gempita, tapi menawarkan keheningan yang justru terasa menenangkan. Dan setelah selesai membacanya, kamu mungkin akan duduk sejenak, menatap meja, dan bertanya dalam hati: “Kalau aku ada di posisi Ale. Apa yang ingin ku lakukan sebelum mati?”

Dan siapa tahu, jawabanmu juga akan dimulai dari seporsi mie ayam.

 

 

Penulis: Ibrahim Abdurrahman

Editor : Ade Chandra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.