Saatnya yang Muda Harus Berkarya

  • By locus
  • Oktober 24, 2019
  • 0
  • 281 Views
Arian sebelah kanan

SUKOHARJO- Arian Agung Prasetiawan, mahasiswa Managemen Bisnis Syari’ah angkatan 2017 IAIN Surakarta berhasil meraih 2nd best paper dengan sub tema “Politics, Democracy, and Trans National Religius Movement” dalam kegiatan Konferensi Internasional 4.0 Borneo Undergraduate Academic Forum. Kegiatan tersebut diselenggarakan di IAIN Samarinda pada 13-15 Oktober 2019.

Arian mengangkat tema Politics, Democracy, and Trans-national Religious Movement dikarenakan pada era sekarang banyak terjadi kenakalan remaja yang disebabkan oleh degradasi moral, kurangnya pemahaman tentang agama, dan kurangnya pendidikan agama secara formal di sekolah. Karyanya berjudul “Aktivisme Rohis SMA Sederajat”.

Penelitian yang di lakukan Arian sebenarnya adalah lanjutan dari penelitian yang pernah dilakukannya dengan teman-teman UKM Dinamika pada tahun 2016 lalu, kemudian dia angkat kembali untuk mengikuti lomba tersebut. Ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti konferensi international 4.0 BUAF dan langsung mendapatkan 2nd best paper. Arian mengaku senang sekali, dan tidak menyangka karyanya mampu mendapat best paper. Ia sangat berharap bahwa karyanya itu bisa bermanfaat untuk masyarakat luas.

Ada banyak sekali kendala yang dialaminya dalam pembuatan karya ilmiah ini, pertama yang datang dari dalam dirinya sendiri yaitu rasa malas, kedua sulit menemui orang-orang yang mau diajak diskusi terkait masalah tersebut, yang ketiga masalah finansial, lalu yang terakhir adalah kurangnya dukungan yang hadir dari birokrasi dan kultur mahasiswa yang masih enggan untuk berliterasi. “Birokrasi hanya bisa menuntut, tetapi tidak memberikan sebuah penelitian atau pelatihan untuk mengembangkan potensi,” ucap Arian saat di wawancarai pada Rabu (23/10).

Salah satu hal yang membuat seseorang berhasil adalah melawan rasa malas dengan mencoba keluar dari zona nyaman, dan itulah yang Arian lakukan. Dia juga selalu ingat bahwa untuk berhasil perlu kegagalan yang berulang-ulang. Banyak di luar sana yang merasa setelah terjatuh langsung menyerah, tetapi Arian tidak. Dia berusaha bangkit untuk mencapai targetnya.
Hal yang sering dilakukannya adalah membaca, karena ia percaya penulis yang hebat lahir dari seorang pembaca yang hebat. Selain itu sebagai seorang mahasiswa bukan waktunya untuk disuapi lagi, tetapi harus mampu menjemput bola, kalau bukan dirinya sendiri yang mau bergerak menuju kesuksesan, lalu siapa lagi?

“menulis itu butuh kesabaran, karena menulis itu bukan masalah punya bakat melainkan menulis itu minat yang terus diasah hingga menjadi sebuah kebiasaan” tutur Arian.

Penulis: Seehaturrohma

Editor: Yuni Firdaus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.