Cut to Cut: Konflik Serikat Kerja dan Korporasi Media

  • By locus
  • Mei 4, 2025
  • 0
  • 98 Views

Dokumentasi : Nyimas Syifa / LPM Locus

 

Surakarta, 3 Mei 2025 – Pemutaran film Cut to Cut di Rumah Banjarsari pada Kamis malam, mulai pukul 18.30 WIB, mengungkap potret buram dunia kerja jurnalis, terutama larangan berserikat. Mengangkat tema ‘ketika jurnalis dilarang berserikat’, acara ini diselenggarakan dalam rangka Hari Kebebasan Pers dan menggugah kesadaran publik akan pelanggaran hak-hak jurnalis di media arus utama. Salah satu kasus yang diangkat adalah konflik pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap jurnalis CNN Indonesia yang membentuk serikat. Obrolan pun mengalir dengan santai, diwarnai beberapa tanggapan kritis dari peserta yang peduli pada isu kebebasan pers dan ketenagakerjaan.

Film Cut to Cut sendiri merekam kisah emosional perjuangan jurnalis CNN Indonesia memperjuangkan hak-hak mereka sebagai pekerja. Narasi disampaikan melalui wawancara dan dokumentasi internal mulai dari pembentukan serikat, penolakan manajemen, hingga konsekuensi yang harus mereka hadapi. Film ini menggambarkan benturan antara kebebasan berekspresi dan tekanan dari korporasi media.

Dalam sesi diskusi, Taufiq, pemateri dan mantan pengurus serikat di Solopos, menyayangkan minimnya serikat kerja di media. Menurutnya, banyak media yang tidak ramah pada serikat, sayangnya kesadaran berserikat baru muncul ketika kondisi krisis. Ia juga menilai bahwa kultur di industri media belum mendukung gerakan kolektif, berbeda dengan sektor lain seperti tekstil. “Serikat seharusnya menjadi alat perjuangan jurnalis sejak awal, bukan pilihan terakhir,” tegasnya.

Ika Yuniati dari AJI Solo dan Serikat Pekerja Solo Postmedia menjelaskan bahwa akar konflik di CNN Indonesia mencakup pemotongan gaji sepihak selama tiga bulan pada tahun 2024, pembentukan serikat sebagai respons, dan pemecatan 7 hingga 9 jurnalis yang terlibat. Para jurnalis yang terkena PHK telah mengajukan tuntutan resmi kepada perusahaan, yang kini tengah diproses di meja hijau.

Mariana, atau biasa disapa Nana, merupakan salah satu anggota penting dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surakarta yang turut menjadi panitia acara, menekankan pentingnya integritas jurnalis meskipun menghadapi tekanan internal dari institusi media. Menurutnya, prinsip dasar yang tidak boleh ditinggalkan adalah menjaga kode etik jurnalistik, meskipun di tengah kondisi hak-hak pekerja yang diabaikan atau bahkan tidak dipenuhi. Nana juga menjelaskan bahwa berserikat bisa menjadi solusi efektif untuk melawan tekanan, karena dengan adanya serikat, perjuangan jurnalis tidak lagi dilakukan sendirian. Ia menambahkan, manajemen cenderung khawatir terhadap serikat karena kelompok pekerja yang solid akan lebih sulit ditekan dan lebih berani menuntut ke pengadilan bersama-sama.

“Kenapa kalau kita lihat, kenapa buruh itu mendirikan banyak sekali serikat pekerja, berbagai macam namanya, koalisi buruh, serikat buruh, karena intinya sama. Ketika bersama-sama, tuntutan itu akan lebih didengar, gerakannya lebih masif,” ujar Nana.

 

Penulis : Syifa dan Shafira

Reporter : Syifa dan Shafira

Editor : Alfida

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.