Kolaborasi AJI Yogyakarta dengan Pulitzer Center Mengadakan Workshop Jurnalisme Lingkungan Bagi Persma

  • By locus
  • Juli 3, 2024
  • 0
  • 110 Views

Sleman (27/6), bertempat di Auditorium UII kampus Cik Di Tiro, Pulitzer Center dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Yogyakarta berkolaborasi dengan Pulitzer Center menyelenggarakan acara Workshop Jurnalisme Investigasi Lingkungan bertajuk “Green Voice Matters: Sisi Gelap Lautan dan Hutan Nusantara.” Workshop ini bertujuan untuk mendorong para anak muda dan komunitas kampus sebagai agen perubahan untuk masa depan lingkungan yang lebih berkelanjutan. Workshop diselenggarakan dari pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Workshop kolaborasi ini dihadiri sekitar 50-an peserta yang merupakan anggota pers mahasiswa di tingkat kampus dan fakultas. Bukan hanya dari kampus di wilayah Yogyakarta saja seperti tuan rumahnya yaitu UII, Atma Jaya, UIN Sunan Kalijaga, ISI Yogyakarta, UNY. Akan tetapi, ada juga dari wilayah Solo yaitu UIN Raden Mas Said, UNS, dan ISI Surakarta. Peserta diberikan materi dan simulasi perencanaan liputan investigasi bertema kerusakan lingkungan. Dua jurnalis yang memandu acara ini yaitu Hendrawan Setiawan dari CNN Indonesia dan Aryo Wisanggeni dari Jubi.id.

Tuan rumah workshop kali ini Prof. Masduki selaku Guru Besar Ilmu Komunikasi UII. Beliau menyampaikan, “Bahwa acara ini sangat penting bagi para anggota persma agar selanjutnya menjadi gerakan kritis terhadap berbagai kebijakan, baik di lingkungan kampus, masyarakat, atau pemerintahan.” Adanya workshop ini diharapkan selanjutnya akan memunculkan karya-karya liputan yang investigatif, advokatif, juga dapat menjadi modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat yang selama ini merasakan kerusakan lingkungan.

Pembicara pertama, Abdus Somad dari Ocean Reporting Network (ORN) Pulitzer Center Fellow, yang mengangkat isu kasus-kasus di Laut Natuna  dan Arafura (laut yang berbatasan langsung dengan Australia), politik ekologi yang ada kaitannya dengan kekuasaan. Sebelum memberikan materi lebih jauh, Abdus Somad memberikan pertanyaan pemantik bagi peserta, “Apa permasalahan yang paling membekas jika mendengar kata laut?”  Para peserta dengan antusiasme menjawab mulai dari sampah, terumbu karang, illegal fishing, dsb. Lalu, dilanjutkan dengan materi mengenai penyelundupan satwa langka, penelantaran ABK, pencemaran lautan, serta kurangnya transparansi pelayaran kapal di Indonesia.

Pembicara kedua diisi oleh Riani Putri jurnalis dari TEMPO yang membahas mengenai kasus deforestasi yang disebabkan ketentuan bisnis kelapa sawit oleh Pemerintah Indonesia dan UU Ciptakerja. “Sebenarnya mereka tuh gimana sih perasaannya saat tanahnya dirampas? Padahal itu bukan hanya hutan kosong saja, ada peradaban di dalamnya terdapat limbung pangan dan pekerjaan bagi mereka,” papar Riani.  Persoalan ini berakibatkan perampasan hak masyarakat adat, korupsi, legalitas, dan pemutihan lahan ilegal menjelang pemilu.

Pembicara ketiga diisi oleh ⁠Bambang Muryanto dari The Jakarta Post yang sekarang menjadi wartawan lepas yang sempat tinggal bersama warga terdampak kerusakan alam di Wadas. “Yogyakarta sebagai kota destinasi wisata. Sebetulnya menjadi kutukan karena menyebabkan kerusakan lingkungan,” jelas Bambang. Terfokus pada eksploitasi  karst (wilayah yang terdiri dari batuan kapur yang berpori) di Gunungkidul yang sebenarnya sebagai daerah resapan air dan karbondioksida itu untuk pembangunan pariwisata.

 

Reporter : Khansa, Widodo

Editor: Izza

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.